Thursday, February 09, 2006

Nikmatnya Kebiasaan

Rimbabuntu, Beberapa waktu lalu, saya pernah ditanya sama teman saya saat disibukkan dengan pekerjaan saya di depan komputer. Saya lupa harinya tapi saya ingat saat itu pukul 14.30 wib. Dia bertanya, "Kamu dah sholat?" ÀSaya langsung terhenyak. Konsentrasi pekerjaan saya buyar seketika. "Oh ya saya lupa." Sayapun bergegas ke musholla untuk sholat.

"Saya lupa". Entah sudah berapa ribu kali saya mengulang kata2 tersebut. Mungkin benar "saya lupa", atau mungkin saya sengaja menunda sholat sehingga akhirnya "saya lupa", atau mungkin saya memang ngga niat untuk sholat. Waktu itu saya akui kalau saya lebih memikirkan kebutuhan horizontal saya daripada vertical.

Setelah hari itu saya jadi heran dengan diri saya sendiri ketika saya jadi rajin sholat kembali meskipun hanya pada waktu di tempat bekerja karena tiap hari selalu ada saja salah satu dari teman saya yang menanyakannya. Dan ketika suatu hari tak ada yang bertanya jadi terasa aneh. Ada perasaan kehilangan yang celakanya saya dengan sadar kembali meninggalkan sholat.

Saya bertanya dalam hati, mengapa saya merasa kehilangan? Mengapa saya jadi rajin sholat ketika ada yang menanyakannya? Mengapa teman saya menyempatkan waktunya beberapa detik hanya untuk menanyakan sholat saya? Mengapa saya tidak dengan kesadaran diri melakukan ibadah agung ini tanpa menunggu ada yang menanyakan? dan masih banyak "mengapa" yang lain yang terus berkecamuk dalam pikiran saya.

Jawaban dari pertanyaan itu saya dapat ketika suatu malam di tengah-tengah pekerjaan saya, rokok saya habis dan saya selalu kebingungan jika hal itu terjadi. Namun pada saat itu bukan rokok yang habis yang saya pikirkan. Yang saya pikirkan adalah kebiasaan-kalau tak bisa disebut kecanduan- merokok saya, yang bila kehabisan akan merasa bingung, merasa kehilangan, merasa kecewa. Ya kebiasaan.
Terjawab sudah semua jawaban di atas. Saya rajin sholat karena terbiasa diingatkan. Teman-teman saya selalu menanyakan sholat saya karena mungkin terbiasa melihat temannya yang tidak sholat. Dan saya dengan sadar meninggalkan sholat karena saya tidak terbiasa sholat -untuk saat itu. Saat itulah saya mulai terbiasa bertanya pada diri sendiri setiap waktu, "Saya sudah sholat belum ya?" Dan sehabis bertanya begitu saya akan langsung mengambil air wudhu untuk sholat. Tenang dan nikmat sekali saya rasakan dalam hati. Nikmat sekali memiliki kebiasaan ini.

Dari sini ternyata PR saya masih banyak. Satu persatu saya harus berusaha membiasakannya. Membiasakan untuk tidur tepat waktu di malam hari. Membiasakan untuk datang ke kantor tepat waktu. Membiasakan merencanakan keuangan. Membiasakan makan teratur. Membiasakan peduli dengan sekitar, dan banyak lagi. InsyaAllah hidup ini akan terasa nikmat.

Satu catatan, saya sudah terbiasa berpakaian rapi di kantor lo.

Special thanks to ard, kul, tri, and zla.

ardi_doangÃ

4 Comments:

At 9:50 PM, Anonymous Anonymous said...

kayaknya mas ini udah mulai beranjak dewasa hehehe..

 
At 2:26 PM, Anonymous Anonymous said...

kebiasaan bisa menjadi karakter.
karakter mana yg pengen kita punyai?

yg pasti, mulai sekarang sampeyan jangan suka ngoo-pil di sembarang tempat.

 
At 2:54 AM, Blogger ardi_doang said...

thats a good theory, but not for my case (ngoo-pil)

thx bro

 
At 7:50 AM, Anonymous Anonymous said...

aku seneng baca tulisan ini,
cukup berisi dan sangat menyentil
aktual, tajam dan terpercaya,
mengangkat hal-hal yang dianggap tabu menjadi layak
diulas tajam, setajam ....

 

Post a Comment

<< Home